فَمِنْ آدَابِ حُضُورِ الْجِنَازَةِ

 

فَمِنْ آدَابِ حُضُورِ الْجِنَازَةِ: التَّفَكُرُ وَالتَنْبُهُ وَالِاسْتِعْدَادُ وَالْمَشْيُ أَمَامَهَا عَلَى هَيْئَةِ التَّوَاضُع

Disarankan untuk tafakur, mengambil pelajaran, dan bersiap diri menghadapi kematian, dengan berjalan di depan jenazah dengan sikap tawadhu' (rendah hati).

 

Makna:
Ayat ini menekankan pentingnya menghadiri jenazah dengan hati yang khusyuk dan penuh hikmah. Seorang Muslim diajak untuk:

1.     تفكر (Merenung): Mengingat bahwa kematian adalah takdir yang pasti dan merenungkan apa yang telah dipersiapkan untuk akhirat.

2.     تنبه (Memperhatikan): Sadar akan kehidupan yang fana dan memanfaatkan waktu untuk kebaikan.

3.     استعداد (Bersiap diri): Menyiapkan amal soleh sebagai bekal akhirat.

4.     المشي أمامها على هيئة التواضع (Berjalan di depan dengan kerendahan hati): Tidak menunjukkan kesombongan, menjaga kesopanan, dan menghadirkan perasaan hormat kepada jenazah.

 

Contoh Praktis:

1. Tafakkur (Merenung):

Seorang Muslim yang menghadiri jenazah bisa merenungkan ayat berikut:
وَكُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu."
(QS. Ali Imran: 185)
Contoh: Saat mengikuti jenazah, seseorang mengingat bahwa ajalnya sendiri bisa tiba kapan saja dan terus memperbanyak amal soleh.

2. Tanabbuh (Memperhatikan):

Hadis:
اَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ، اَلْمَوْتِ


"Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (kematian)."
(HR. Tirmidzi, no. 2307)
Contoh: Dalam perjalanan menuju kubur, seseorang memperhatikan bahwa hidup ini sementara, dan ia menggunakan momen ini untuk introspeksi.

3. Isti’dad (Bersiap diri):

Ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok."
(QS. Al-Hasyr: 18)
Contoh: Seorang Muslim memutuskan untuk memperbanyak amal saleh setelah menghadiri jenazah.

4. Berjalan dengan Tawadhu’:

Hadis:


إِنَّ الْمَيِّتَ إِذَا وُضِعَ فِي جَنَازَتِهِ وَاحْتَمَلَهُ الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَإِنْ كَانَ صَالِحًا قَالَ: قَدِّمُونِي، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالَ: يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا

"Sesungguhnya jenazah jika diletakkan di atas keranda dan dipikul oleh orang-orang, jika ia orang yang saleh, ia berkata: 'Segerakan aku.' Namun, jika bukan orang saleh, ia berkata: 'Celaka aku, hendak dibawa ke mana aku?'"
(HR. Bukhari, no. 1312)


Contoh: Saat berjalan di depan jenazah, seseorang menjaga sikap tawadhu’, tidak berbicara hal yang tidak penting, dan menunjukkan rasa hormat dengan diam atau membaca doa.

 

Mayoritas ulama menganjurkan untuk berjalan di belakang jenazah, karena ini adalah posisi yang sering dilakukan oleh Rasulullah .

  • Dalil Hadis:


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: مَنْ تَبِعَ جَنَازَةً فَلَا يَتْبَعْهَا إِلَّا مَاشِيًا خَلْفَهَا


"Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata: Barang siapa mengikuti jenazah, maka hendaklah dia berjalan di belakangnya."
(HR. Abu Dawud, no. 3181)

Berjalan di belakang jenazah menunjukkan rasa hormat dan memberikan kesempatan untuk merenungkan kematian.

2. Berjalan di Depan Jenazah

Sebagian ulama memperbolehkan berjalan di depan jenazah, dengan syarat tidak menghalangi perjalanan jenazah atau orang lain.

  • Dalil Hadis:


كَانَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ يَمْشُونَ أَمَامَ الْجَنَازَةِ


"Abu Bakar, Umar, dan Utsman biasa berjalan di depan jenazah."
(HR. Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra, 4/36)

Ini menunjukkan bahwa berjalan di depan diperbolehkan selama ada alasan, seperti memandu jalan jenazah atau memastikan rute aman.

 

 

وَمِنْ آدَابِهِ حُسْنُ الظَّنِّ بِالْمَيِّتِ وَإِنْ كانَ فَاسِقًا وَإِسَاءَ الظَّنِّ بِالنَّفْسِ وَإِنْ كَانَ ظَاهِرُهَا الصَّلَاحَ فَإِنَّ الْخَاتِمَةَ مَخْطَرَةٌ لَا يُدْرَى حَقِيقَتُهَا.

Dianjurkan untuk berbaik sangka kepada jenazah, meskipun ia seorang fasik, dan berburuk sangka pada diri sendiri, meskipun kelihatannya shalih, karena akhir kehidupan seseorang tidak dapat dipastikan

Penjelasan Makna:

1.     Husnuzhan kepada jenazah (Berbaik sangka):
Seseorang dianjurkan untuk tidak membicarakan keburukan jenazah, tidak menghakimi, dan selalu berharap Allah mengampuni dosa-dosanya, meskipun ia dikenal sebagai orang yang melakukan dosa besar. Hal ini karena ampunan Allah sangat luas, dan bisa jadi ia bertaubat sebelum meninggal.

o    Dalil:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
"Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu."
(QS. Al-A’raf: 156)

2.     Suu’uzhan kepada diri sendiri (Berburuk sangka):
Seorang Muslim tidak boleh merasa aman dari dosa atau yakin amal salehnya sudah cukup. Ia dianjurkan untuk introspeksi dan terus meningkatkan amalnya, karena hanya Allah yang mengetahui bagaimana akhir kehidupannya.

o    Dalil:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada akhir hayatnya."
(HR. Bukhari, no. 6607)


Contoh Praktis:

1. Berbaik Sangka kepada Jenazah:

  • Situasi: Seorang Muslim menghadiri pemakaman seseorang yang semasa hidupnya dikenal kurang baik, misalnya sering meninggalkan shalat.
  • Sikap:
    • Tidak membicarakan keburukannya.
    • Mendoakan kebaikan untuknya, seperti membaca:
      اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَتَجَاوَزْ عَنْهُ
      "Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, dan maafkanlah kesalahannya."
    • Mengingat bahwa setiap manusia bisa bertaubat di akhir hayatnya, sebagaimana hadis:
      إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
      "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan."
      (HR. Tirmidzi, no. 3537)

2. Berburuk Sangka kepada Diri Sendiri:

  • Situasi: Seorang Muslim yang dikenal taat menghadiri jenazah dan merasa bahwa amalannya lebih baik daripada jenazah tersebut.
  • Sikap:
    • Mengingatkan diri bahwa ia juga bisa tergelincir kapan saja.
    • Membaca doa introspeksi:
      اللَّهُمَّ ثَبِّتْنِي عَلَى دِينِكَ حَتَّى أَلْقَاكَ
      "Ya Allah, tetapkanlah aku di atas agama-Mu hingga aku bertemu dengan-Mu."
    • Tidak merasa aman dari azab Allah sebagaimana firman-Nya:
      فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
      "Maka tidak ada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi."
      (QS. Al-A’raf: 99)

Pelajaran:

Adab ini mengajarkan keseimbangan antara rahmat Allah yang luas (untuk jenazah) dan rasa takut kepada-Nya (untuk diri sendiri). Dengan cara ini, seorang Muslim akan terus mendoakan sesamanya dan memperbaiki diri tanpa merasa sombong atau menghakimi orang lain.

 

 

 وَأَمَّا زِيَارَةُ الْقُبُورِ فَهِيَ مُسْتَحَبَّةُ عَلَى الجُمْلَةِ لِلتَّذَكَّر وَالاعْتِبَارِ وَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللهِ نَهَى عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ ثُمَّ أَذِنَ فِي ذَلِكَ بَعْدُ.

Disunnahkan sebagai sarana untuk mengingat kematian dan mengambil pelajaran (i'tibar). Rasulullah awalnya melarang ziarah kubur, namun kemudian mengizinkannya karena manfaatnya.

 

Penjelasan Dalil:

1.     Dalil dari Al-Qur’an:
أَلْهَاكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur."
(QS. At-Takatsur: 1-2)
Ayat ini mengingatkan manusia bahwa ziarah kubur dapat memutuskan kecintaan terhadap dunia dan mengingatkan kepada akhirat.

2.     Dalil dari Hadis:
زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْمَوْتَ
"Berziarahlah ke kuburan, karena ia mengingatkan kalian kepada kematian."
(HR. Muslim, no. 976)


Tujuan Ziarah Kubur:

1.     Mengingat kematian:
Ziarah kubur mengingatkan seseorang bahwa setiap manusia akan kembali kepada Allah.

2.     Mengambil pelajaran:
Kuburan menjadi tempat untuk merenungkan nasib akhir manusia dan mendorong untuk memperbaiki amal.


Contoh Praktis Ziarah Kubur:

1. Saat Ziarah Kubur:

·         Niat:

    • Berniat ziarah untuk mengingat akhirat dan bukan untuk tujuan lain seperti meminta sesuatu kepada penghuni kubur.
    • Membaca doa:
      السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، نَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
      "Semoga keselamatan tercurah kepada kalian wahai penghuni tempat tinggal (kubur) dari kalangan orang-orang mukmin dan muslim. Insya Allah kami akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan kalian."
      (HR. Muslim, no. 975)

·         Sikap:

    • Berjalan dengan tenang dan khidmat.
    • Tidak melakukan perbuatan yang melanggar syariat, seperti meratap, menabur bunga, atau meminta bantuan kepada arwah penghuni kubur.

2. Mengambil Pelajaran:

  • Situasi: Saat melihat makam seseorang yang dikenal semasa hidupnya, seperti seorang teman atau saudara.
    • Mengingat bahwa ajal adalah kepastian yang tidak bisa dihindari.
    • Membaca doa introspeksi:
      اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَثَبِّتْنِي عِنْدَ السُّؤَالِ فِي الْقَبْرِ
      "Ya Allah, jadikan aku termasuk penghuni surga, dan teguhkan aku saat pertanyaan di kubur."

3. Setelah Ziarah:

  • Mendoakan kebaikan:
    • Mendoakan penghuni kubur agar diampuni dosa-dosanya dan dirahmati.
    • Contoh doa:
      اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا
      "Ya Allah, ampunilah dosa orang-orang kami yang masih hidup maupun yang telah meninggal, yang hadir maupun yang tidak."
      (HR. Abu Dawud, no. 3201)

4. Mengingatkan Diri:

Setelah pulang, seseorang dapat merenungkan perjalanannya, memperbaiki ibadahnya, dan menjadikan pengalaman ziarah sebagai pemacu untuk lebih dekat kepada Allah.


Catatan Penting:
Ziarah kubur adalah amalan sunnah yang dianjurkan, tetapi harus dilakukan sesuai syariat. Hindari perbuatan bid’ah, seperti meminta pertolongan kepada penghuni kubur atau menjadikannya tempat ibadah.

 

 

 وَأَمَّا النِّسَاءُ فَلَا يَفِي خَيْرُ زِيَارَتِهِنَّ بِشَرِّهَا لِأَنَّهُنَّ يُكْثِرْنَ الْهُجْرَ عَلَى رُؤُوسِ الْمَقَابِرٍ وَلَا يَخْلُونَ فِي الطَّرِيقِ عَنْتَكَشُفٍ وَتَبَرُّج وَهَذِهِ عَظَائِمُ وَالزِّيَارَةُ سُنَّةٌ فَكَيْفَ يُحْتَمَلُ ذَلِكَ لأَجْلِهَا. نَعَمْ لَا بَأْسَ بِخُرُوجِ الْمَرْأَةِ فِي ثِيَابٍ بذْلَةٍ تَرُدُّ أَعْيُنَ الرِّجَالِ عَنْهَا وَذَلِكَ بِشَرْطِ الاقْتِصَارِ عَلَى الدُّعَاءِ وَتَرْكِ الْحَدِيثِ عَلَى رَأْسِ الْقَبْرِ.

Wanita dan Ziarah Kubur: Tidak dianjurkan bagi wanita karena dapat membawa fitnah, seperti berbuat kejelekan atau berpenampilan tidak syar'i di tempat tersebut. Namun, jika wanita ingin berziarah, diperbolehkan dengan syarat:

  • Mengenakan pakaian sederhana (bukan untuk berhias).
  • Hanya berdoa dan meninggalkan pembicaraan yang sia-sia.

 

 

Penjelasan Teks

1.     Kritik terhadap Ziarah oleh Perempuan:

o    Sebagian perempuan cenderung melakukan hal-hal yang tidak sesuai syariat, seperti berbicara yang tidak perlu (الهجر), menunjukkan aurat (التكشف), atau berhias secara berlebihan (التبرج) ketika berada di kuburan atau dalam perjalanan menuju kubur.

o    Perilaku ini dianggap sebagai kesalahan besar (عظائم), sehingga efek negatif dari ziarah mereka melebihi manfaatnya.

2.     Ziarah yang Diperbolehkan bagi Perempuan:

o    Jika perempuan keluar dengan pakaian yang sederhana (ثياب بذلة) yang tidak menarik perhatian laki-laki, maka hal ini tidak masalah.

o    Syaratnya adalah mereka hanya fokus berdoa (الدعاء) dan tidak berbicara di atas kubur (ترك الحديث).


Dalil Pendukung

1.     Hadis tentang Larangan Perempuan Berziarah Kubur:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ زَوَّارَاتِ الْقُبُورِ
"Rasulullah
melaknat para wanita yang sering berziarah ke kuburan."
(HR. Tirmidzi, no. 1056)

o    Sebagian ulama memahami larangan ini untuk perempuan yang sering berziarah tanpa memperhatikan adab.

2.     Hadis tentang Kebolehan Ziarah Kubur:
زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْآخِرَةَ
"Berziarahlah ke kuburan, karena ia mengingatkan kalian pada akhirat."
(HR. Muslim, no. 976)

o    Hadis ini berlaku umum, namun perempuan harus memperhatikan adab dan syarat tertentu.


Contoh Praktis:

1. Ziarah yang Tidak Sesuai Adab:

  • Situasi:
    Seorang perempuan pergi ke kuburan dengan memakai pakaian yang mencolok atau memperlihatkan aurat, berbicara dengan keras bersama teman-temannya di atas kubur, dan tidak menjaga ketenangan.
  • Kesalahan:
    • Menarik perhatian orang lain dengan pakaian atau perilakunya.
    • Menghilangkan esensi utama ziarah, yaitu mengingat kematian dan mendoakan penghuni kubur.

2. Ziarah yang Sesuai Adab:

  • Situasi:
    Seorang perempuan pergi ke kuburan dengan pakaian longgar dan sederhana, menggunakan kerudung yang menutup aurat dengan baik. Ia datang hanya untuk membaca doa dan mendoakan penghuni kubur tanpa berbicara atau melakukan aktivitas lain.
  • Tindakan:
    • Membaca doa di kuburan:
      السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ
      "Semoga keselamatan tercurah kepada kalian wahai penghuni tempat tinggal (kubur) dari kalangan orang-orang mukmin dan muslim. Insya Allah kami akan menyusul kalian."

Panduan Ziarah Kubur bagi Perempuan:

1.     Pakaian:

o    Gunakan pakaian sederhana dan tidak mencolok.

o    Hindari berhias berlebihan (tabarruj).

2.     Tujuan:

o    Mengingat kematian dan akhirat.

o    Mendoakan kebaikan bagi penghuni kubur.

3.     Adab:

o    Hindari berbicara atau tertawa di atas kubur.

o    Jangan melakukan hal yang bertentangan dengan syariat, seperti meratap atau meminta sesuatu kepada penghuni kubur.


Kesimpulan:

Ziarah kubur oleh perempuan dibolehkan dengan syarat-syarat tertentu, seperti menjaga adab, berpakaian sederhana, dan fokus pada doa. Tujuan utama adalah mengambil pelajaran dari kematian dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

 

 

 

وَالْمُسْتَحَبُّ فِي زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَنْ يَقِفَ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ مُسْتَقْبَلًا لِوَجْهِ الْمَيِّتِ وَأَنْ يُسَلَّمَ وَلَا يَمْسَحَ الْقَبْرَ وَلَا يَمَسَّهُ ) وَلَا يُقَبِّلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَادَةِ النَّصَارَى. قَالَ نَافِعُ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ رَأَيْتُهُ مِائَةَ مَرَّةٍ أَوْ أَكْثَرَ يَجِيءُ إِلَى الْقَبْرِ فَيَقُولُ: السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ السَّلَامُ عَلَى أَبِي بَكْرِ السَّلَامُ عَلَى أَبِي وَيَنْصَرِفُ. وَكَانَ بَعْضُ السَّلَفِ إِذَا وَقَفَ عَلَى بَابِ الْمَقَابِرِ يَقُولُ: آنَسَ اللهُ وَحْشَتَكُمْ وَرَحِمَ غُرْبَتَكُمْ وَتَجَاوَزَ عَنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَقَبِلَ اللهُ حَسَنَاتِكُمْ.

Tata Cara Ziarah Kubur:

  • Berdiri menghadap wajah jenazah dengan membelakangi kiblat.
  • Memberi salam kepada penghuni kubur, tetapi tidak menyentuh, mengusap, atau mencium kuburan, karena hal itu menyerupai kebiasaan non-Muslim.
  • Salah satu sahabat Nabi, Ibnu Umar, sering mengucapkan salam kepada Rasulullah , Abu Bakar, dan Umar di kubur mereka.

 

 

Penjelasan Teks

1.     Adab yang Dianjurkan dalam Ziarah Kubur:

o    Posisi: Saat ziarah, disunnahkan berdiri dengan posisi membelakangi kiblat (مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ) dan menghadap wajah mayit (مُسْتَقْبِلًا لِوَجْهِ الْمَيِّتِ).

o    Ucapan Salam: Mengucapkan salam kepada penghuni kubur.

o    Larangan: Tidak dianjurkan untuk menyentuh (لَا يَمْسَحَ الْقَبْرَ), memegang (لَا يَمَسَّهُ), atau mencium kuburan (وَلَا يُقَبِّلَهُ), karena perbuatan ini dianggap menyerupai kebiasaan orang Nasrani.

2.     Contoh dari Praktik Sahabat:

o    Ibnu Umar: Beliau sering mengunjungi kubur Nabi Muhammad , Abu Bakar, dan Umar. Beliau hanya mengucapkan salam seperti:
السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ السَّلَامُ عَلَى أَبِي بَكْرِ السَّلَامُ عَلَى أَبِي
Lalu pergi tanpa melakukan tindakan lain.

3.     Ucapan Beberapa Salaf:
Ketika berdiri di pintu makam, mereka mengucapkan doa:
آنَسَ اللهُ وَحْشَتَكُمْ وَرَحِمَ غُرْبَتَكُمْ وَتَجَاوَزَ عَنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَقَبِلَ اللهُ حَسَنَاتِكُمْ
"Semoga Allah menghilangkan kesendirian kalian, merahmati keterasingan kalian, mengampuni kesalahan kalian, dan menerima amal kebaikan kalian."


Contoh Praktis:

1. Ziarah yang Sesuai Adab:

  • Situasi:
    Seorang Muslim mengunjungi kuburan keluarganya. Ia berdiri dengan posisi membelakangi kiblat dan menghadap wajah kubur. Ia mengucapkan salam dan berdoa untuk penghuni kubur.
  • Tindakan:
    • Salam:
      السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ
      "Semoga keselamatan tercurah kepada kalian wahai penghuni tempat tinggal (kubur) dari kalangan orang-orang mukmin dan muslim. Insya Allah kami akan menyusul kalian."
    • Doa:
      اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ
      "Ya Allah, ampunilah mereka, rahmatilah mereka, berilah mereka keselamatan, dan maafkanlah mereka."

2. Ziarah yang Tidak Sesuai Adab:

  • Situasi:
    Seseorang menyentuh atau mencium kuburan karena keyakinan tertentu atau sebagai bentuk penghormatan.
  • Kesalahan:
    • Bertentangan dengan sunnah, karena menyentuh atau mencium kubur tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad .
    • Perbuatan ini menyerupai kebiasaan orang Nasrani.

Panduan Ziarah Kubur:

1.     Tujuan:

o    Mengingat kematian dan akhirat.

o    Mendoakan penghuni kubur.

2.     Posisi:

o    Berdiri menghadap wajah mayit dengan membelakangi kiblat.

3.     Ucapan:

o    Salam kepada penghuni kubur.

o    Membaca doa kebaikan untuk mereka.

4.     Larangan:

o    Tidak menyentuh, memegang, atau mencium kuburan.

o    Tidak melakukan hal yang tidak diajarkan oleh Nabi .


Kesimpulan:

Ziarah kubur adalah amalan yang dianjurkan untuk mengingat kematian dan mendoakan penghuni kubur, dengan tetap menjaga adab-adab yang sesuai sunnah. Tindakan seperti menyentuh atau mencium kubur sebaiknya dihindari karena tidak memiliki dasar syariat dan menyerupai tradisi agama lain.

 

فَالْمَقْصُودُ مِنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ لِلزَّائِرِ الاعْتِبَارُ بِهَا وَلِلْمَزُورِ الانْتِفَاعُ بِدُعَائِهِ فَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَغْفُلَ الزَّائِرُ عَنِ الدُّعَاءِ لِنَفْسِهِ وَلِلْمَيِّتِ وَلَا عَن الاِعْتِبَارِ بِهِ. وَإِنَّمَا يَحْصُلُ لَهُ الِاعْتِبَارُ بِهِ بِأَنْ يَتَصَوَّرَ فِي قَلْبِهِ الْمَيِّتَ كَيْفَ تَفَرَّقَتْ أَجْزَاؤُهُ وَكَيْفَ يُبْعَثُ مِنْ قَبْرِهِ وَأَنَّهُ عَلَى الْقُرْبِ سَيَلْحَقُ بهِ

 

Tujuan Ziarah Kubur:

  • Untuk Ziarah: Mengambil pelajaran dengan membayangkan kondisi jenazah, perpisahan anggota tubuhnya, dan kebangkitannya dari kubur.
  • Untuk Jenazah: Mendapatkan manfaat dari doa yang dipanjatkan oleh pengunjung.

 

 

Penjelasan Teks

1.     Tujuan Ziarah Kubur:

o    Bagi yang berziarah (الزَّائِر): Untuk mengambil pelajaran dan mengingat akhirat (الاعْتِبَارُ بِهَا).

o    Bagi penghuni kubur (المَزُور): Mendapat manfaat dari doa yang dipanjatkan oleh yang berziarah (الانْتِفَاعُ بِدُعَائِهِ).

2.     Tindakan yang Dianjurkan:

o    Jangan lupa berdoa untuk diri sendiri dan untuk mayit.

o    Renungkan keadaan mayit: bagaimana tubuhnya terurai di dalam kubur, bagaimana nanti ia dibangkitkan, dan bahwa kita juga akan mengalami hal yang sama.


Contoh Praktis

1. Doa untuk Diri Sendiri dan Mayit:

Seorang Muslim mengunjungi kuburan keluarga atau sahabatnya. Ia berdoa:

·         Doa untuk diri sendiri:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَتَفَكَّرُونَ فِي الآخِرَةِ، وَثَبِّتْنَا عَلَى طَاعَتِكَ حَتَّى نَلْقَاكَ وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا.
"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang selalu mengingat akhirat. Tetapkanlah kami dalam ketaatan-Mu hingga kami bertemu dengan-Mu dalam keadaan Engkau ridha kepada kami."

·         Doa untuk mayit:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِهَذَا الْمَيِّتِ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ، وَاجْعَلْ قَبْرَهُ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ.
"Ya Allah, ampunilah mayit ini, angkatlah derajatnya di kalangan orang-orang yang mendapat petunjuk, dan jadikanlah kuburnya sebagai taman dari taman-taman surga."

2. Renungan tentang Keadaan Mayit:

Saat berdiri di hadapan kubur, ia merenung:

·         Visualisasi:
"Ini adalah keadaan akhir manusia. Tubuh yang dulunya hidup kini telah hancur. Semua anggota tubuhnya telah terurai. Suatu saat nanti, ia akan dibangkitkan dari kubur ini oleh Allah untuk menghadapi pengadilan-Nya."

·         Kesadaran pribadi:
"Tidak lama lagi, aku juga akan menyusul ke tempat seperti ini. Apa bekal yang sudah aku siapkan untuk bertemu Allah?"


Dialog dengan Diri Sendiri (Contemplation):

·         Saat berdiri di kubur, seseorang berkata kepada dirinya:
"Wahai jiwa, apakah engkau siap jika esok dipanggil? Ingatlah bahwa kematian tidak mengenal usia. Jika mayit ini kini telah meninggalkan dunia, aku pun tidak akan lama lagi menyusulnya."

·         Ia juga membayangkan hari kebangkitan:
"Bagaimana nanti ketika tubuhku yang telah terurai ini dikumpulkan kembali oleh Allah? Apakah aku akan dimasukkan ke surga atau ke neraka?"


Kesimpulan Praktis

  • Tujuan utama: Mengambil pelajaran (الاعتبار) dan mendoakan mayit (الدعاء).
  • Pentingnya renungan: Mengingatkan diri bahwa kematian adalah hal yang pasti, dan kita harus bersiap dengan amal kebaikan.
  • Doa: Jangan lupa memanjatkan doa untuk diri sendiri agar istiqamah dalam ketaatan, dan untuk mayit agar mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah.

 

وَيُسْتَحَبُّ الثَّنَاءُ عَلَى الْمَيِّتِ وَأَنْ لَا يُذْكَرَ إِلَّا بِالجميل قَالَ : لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا .

Nabi Muhammad bersabda:

"Janganlah kalian mencela orang yang sudah meninggal, karena mereka telah sampai pada apa yang telah mereka kerjakan."


Larangan ini menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan jenazah.

 

Penjelasan Teks

1.     Anjuran Memuji Mayit:
Dianjurkan untuk menyebut kebaikan mayit dan memuji amal baiknya agar memberikan motivasi kepada yang masih hidup.

2.     Larangan Mencela Mayit:
Rasulullah
bersabda:
لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ، فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
"Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal, karena mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka kerjakan."
(HR. Bukhari dan Muslim)


Contoh Praktis

1. Memuji Kebaikan Mayit di Depan Orang Banyak

Saat seorang Muslim meninggal dunia, keluarganya atau temannya berkata kepada orang-orang:

  • "Beliau adalah seorang yang rajin shalat berjamaah di masjid. Semoga Allah menerima semua amal ibadahnya."
  • "Semasa hidupnya, almarhum sangat peduli kepada tetangga dan selalu membantu mereka yang membutuhkan."

2. Menghindari Menyebutkan Kekurangan atau Dosa Mayit

Jika seseorang mengetahui keburukan mayit, ia tidak menyebutkannya. Misalnya:

  • Situasi: Orang lain bertanya, "Bagaimana perilakunya semasa hidup?"
  • Jawaban yang baik:
    "Setiap manusia tentu memiliki kekurangan, tapi saya tahu ia selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga Allah mengampuni segala kekurangannya."

3. Memberikan Doa untuk Mayit setelah Pujian

Setelah menyebutkan kebaikan mayit, dianjurkan untuk mendoakannya:

  • Doa:
    اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَتَجَاوَزْ عَنْ سَيِّئَاتِهِ، وَأَدْخِلْهُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ.
    "Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkan segala dosanya, dan masukkanlah dia ke dalam surga-Mu yang penuh kenikmatan."

4. Memberikan Contoh Inspiratif dari Kehidupan Mayit

Seorang teman bercerita kepada orang lain:

  • "Saya ingat almarhum sering memberikan nasihat yang baik. Beliau selalu mengingatkan kami untuk tidak meninggalkan shalat. Semoga nasihatnya menjadi amal jariyah baginya."

 

Komentar